Pages - Menu

Selayang Pandang

"Tak seorang pun mampu mendefenisikan cinta dengan sempurna sebab tak seorang pun juga mampu mencintai secara sempurna. Hanya Tuhan yang sempurna, termasuk dalam hal mencintai kita, anda dan saya !"

About Me

My photo
Hi. saya JP / Jansn / Pur. Lahir di tanggal 17 September. Sukses terbesarku ialah ketika setiap pribadi yang mengenalku, tersenyum bahagia saat mendengar namaku dan mereka katakan, 'aku mengasihi dia'.

Tuesday, April 23, 2013

Mengabdi demi perut VS Mengabdi bagi Merah Putih


Tampak gagah memang bila berpakaian lengkap seragam suatu Angkatan (entah TNI ataupun POLRI). Apalagi dibekali dengan senjata, seakan menyempurnakan kegagahan berseragam. Inilah salah satu alasan yang sering kita terdengar dari bibir-bibir generasi muda yang mencita-citakan menjadi seorang anggota POLRI atau TNI.

Namun seiring perkembangan gaya hidup, tantangan kehidupan yang semakin susah diperoleh, dalam hal ini kebutuhan ekonomi (perut), maka ada terjadi pergeseran “Nilai Pengabdian” hampir di semua bidang-bidang kerja terutama pekerjaan-pekerjaan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, pelayan-pelayan public, abdi masyarakat.

Dalam topic ini, ingin diuraikan sedikit pendapat/pandangan yang terhadap pergesaran nilai pengabdian oleh  oknum tertentu di tubuh POLRI dan TNI. Padangan yang teruraiakan nantinya didasarkan atas kepedulian serta kecintaan kepada POLRI dan TNI semata. Tidak ada maksud sedikitpun untuk mengucilkan atau mencari-cari kesalahan kedua angkatan tersebut.

Pertama, dulu (jaman orang tua kita) sering disebutkan, “pekerjaan cari manusia”. Hal ini berarti begitu banyak lowongan pekerjaan. Namun kini, isitilah tersebut serasa tidak berkenan lagi menghiasi dunia pekerjaan. Hampir dikeseluruhannya ada jatahnya, harus siapkan sekian rupiah !

Kedua, dulu orang-orang mau bekerja karena 1) ingin mengabdi untuk Merah Putih. 2) ingin melayani rakyat 3) urusan perut. Sekarang, karena tuntutan perut maka terjadilah pergeseran nilai pengabdian. Orang-orang mau bekerja 1) karena butuh makan 2) ingin punya gaji 3) nantinya baru mengabdi.

Ketiga, dulu orang-orang yang bekerja, malunya luar biasa apabila tidak bisa melayani dengan baik, mengecewakan rakyat, karena ada kesadaran yang luar biasa patut untuk diteladani kalau semua yang mereka peroleh (Pakaian dinas, gaji) itu berasal dari rakyat. Jadi tidak ada yang patut disombongkan. Namun kini, pakaian dinas itu dipakai untuk menakut-nakuti rakyat, sewengang-wenang terhadap rakyat, bahkan tak jarang pakaian itu dijadikan tameng bagi kelompoknya.

Semakin ironis memang, pengabdian di masa sekarang ini. Masa yang mengurani nurani. Perbuatan oknum, merusak kebanggaan dan kehormatan bersama. Perbuatan oknum, mengurangi dan menghilangkan kepercayaan berharga.

No comments:

Post a Comment