UN merupakan singkatan dari ujian nasional sekaligus
merupakan istilah yang begitu dekat dengan kalangan siswa/I, baik yang sedang
menimbah ilmu di tiangkat dasar (SD), menengah (SMP) maupun pada tingkat atas
(SMA).
Terlepas dari segala tujuan baik bahkan mulia yang ingin
dicapai dengan proses pelaksanaan UN, ada hal-hal yang secara sadar ataupun
tidak, merupakan akibat yang dihasilkan dari pelaksanaan UN tersebut.
Diantarannya (Menurut penulis) :
1.
Psikologis (Rasa Takut)
Tidak sedikit siswa/I yang merasa takut
ketika akan menghadi UN. Dan ternyata, bukan hanya siswa/I yang, merasa takut
akan UN namun sekolah/guru dan orang tua pun turut merasa takut apabila anak
didik/anak mereka tidak lulus. Hal ini bukan lagi menjadi rahasia, kian hari
hal ini semakin terang benderang terlihat.
Ketika himbauan 3S (santai, serius, sukses)
dikumandangkan, akan terobatikah rasa takut yang di alami siswa/I ? Dapatkah
peristiwa UN ini dikatakan sebagai suatu peristwa yang mengganggu kenyaman
hidup seseorang terumata generasi muda ?
Pernahkah terbanyangkan berapa juta jiwa, anak bangsa yang
mengalami ketakutan akan UN ?
2.
Melahirkan peluang berbuat curang
Mendekati UN tak jarang sesalu saja ada
orang/siswa/I yang berupaya mencari jalan untuk memperoleh bocoran soal. Salah
satu alasan klasik yang mendasari
perbuatan tersebut iialah rasa takut tidak akan lulus. Ketika standarisasi
nilai dinaikan, jumlah paket soal dinaikan, rasa takut pasti naik dan tidak
menutup kemungkinan semakin banyak siswa/I akan berupaya kreatif (negatif)
hanya untuk memperoleh bocoran soal.
3.
Momen untuk pendapatan tambahan.
Dengan bocaran-bocoran soal yang selalu
terdengar pada momen-momen UN, diisukan ada sekian rupiah yang beredar untuk
memperoleh bocoran tersebut, bukan suatu hal yang mustahil bila saat-saat
seperti ini dijadikan untuk memperoleh pendapatan tambahan.
4.
Keadilan yang menjebak
Suatu hal yang adil seluruh siswa/I di
negara tercinta, Indonesia ini tidak ada yang luput dari UN. Tidak ada yang
dianakemaskan. Semuanya hampir merasakan ketakutan yang sama bahkan merasakan
peluang berbuat curang yang memang hampir sama. Namun keadilan itu bagi penulis
ialah keadilan yang menjebak.
Ketika infrastruktur, tenaga pendidik dalam
dunia pendidikan ini tidak merata hingga pelosok negeri ini, adanya kesenjangan
yang begitu luar biasanya, UN harus dilaksanakan diseluruh bagian negeri ini.
Walaupun ada pembedaan kalsisfikasi soal
(A/B/C) bagi tiap-tiap daerah (berdasarkan info yang bisa dipercaya, tipe soal
yang A itu cukup tinggi tingkat kesulitan hingga ke tipe C/D yang semakin
berkuran tingkat kesulitannya.), namun merasa tidak adil bahkan hal ini
melahirkan pembedaan dalam bingkai negara kesatuan. Hal ini tentu berpotensi
menimbulkan kesenjangan mutu pendidikan.
Harus Bisa !
Melihat
pelaksanaan UN yang belum tentu juga menjamin mutu dan tingkat kecerdasaan anak
bangsa sudah selayaknya pemerintah mulai memikirkan cara atau metode lainnya.
Tidak hanya berkecamuk dengan metode UN yang berlaku saat ini. Dan saya yakin
pemerintah Bisa menemukan cara itu.
Sebelum mengakhiri penulisan ini, saya ingin menyempaikan
kembali apa yang pernah saya baca pada sakah satu buku mengenai tingkat
kecerdasan orang yahudi yang begitu luar biasa. Dikalangan bangsa Yahudi, sejak
awal, sejak masa kecil, anak-anak mereka sudah sudah dipersiapkan sesuai dengan
minat dan bakatnya hingga dimasa sekolah. Hal ini seperti dipupuk hingga
memukau pada saat m,ereka beranjak dewasa, masuk ke perguruan tinggi. Tidak seperti pendidikan kita di Indonesia yang
memaksa agar seluruh pelajaran harus bisa dikuasai oleh anak-anak bangsa. Pemenang
olimpiadepun pada salah satu bidang belum tentu memenangi olimpiade dibidang
lainnya. Karena setiap anak itu unik
dan memiliki karakternya tersendiri ?
Ini sebabnya, pemerintah Harus Bisa menemukan cara terbaik dalam meningkatkan hingga
memperoleh mutu pendidikan yang semakin baik tidak hanya mau berkecimpung
dengan hal-hal yang menjadi rutinitas. Akhirnya saya ingin mengutip Pendapat
Presiden SBY yang say abaca dari buku karangan Dr. Dino Patti Djalal-Harus
Bisa, Think Out The Box !
No comments:
Post a Comment