Pages - Menu

Selayang Pandang

"Tak seorang pun mampu mendefenisikan cinta dengan sempurna sebab tak seorang pun juga mampu mencintai secara sempurna. Hanya Tuhan yang sempurna, termasuk dalam hal mencintai kita, anda dan saya !"

About Me

My photo
Hi. saya JP / Jansn / Pur. Lahir di tanggal 17 September. Sukses terbesarku ialah ketika setiap pribadi yang mengenalku, tersenyum bahagia saat mendengar namaku dan mereka katakan, 'aku mengasihi dia'.

Tuesday, April 23, 2013

Yang tersirat dari UN (UJIAN NASIONAL)




UN merupakan singkatan dari ujian nasional sekaligus merupakan istilah yang begitu dekat dengan kalangan siswa/I, baik yang sedang menimbah ilmu di tiangkat dasar (SD), menengah (SMP) maupun pada tingkat atas (SMA).
Terlepas dari segala tujuan baik bahkan mulia yang ingin dicapai dengan proses pelaksanaan UN, ada hal-hal yang secara sadar ataupun tidak, merupakan akibat yang dihasilkan dari pelaksanaan UN tersebut. Diantarannya (Menurut penulis) :
1.       Psikologis (Rasa Takut)
Tidak sedikit siswa/I yang merasa takut ketika akan menghadi UN. Dan ternyata, bukan hanya siswa/I yang, merasa takut akan UN namun sekolah/guru dan orang tua pun turut merasa takut apabila anak didik/anak mereka tidak lulus. Hal ini bukan lagi menjadi rahasia, kian hari hal ini semakin terang benderang terlihat.
Ketika himbauan 3S (santai, serius, sukses) dikumandangkan, akan terobatikah rasa takut yang di alami siswa/I ? Dapatkah peristiwa UN ini dikatakan sebagai suatu peristwa yang mengganggu kenyaman hidup seseorang terumata generasi muda ?
Pernahkah terbanyangkan berapa juta jiwa, anak bangsa yang mengalami ketakutan akan UN ?
2.       Melahirkan peluang berbuat curang
Mendekati UN tak jarang sesalu saja ada orang/siswa/I yang berupaya mencari jalan untuk memperoleh bocoran soal. Salah satu alasan klasik  yang mendasari perbuatan tersebut iialah rasa takut tidak akan lulus. Ketika standarisasi nilai dinaikan, jumlah paket soal dinaikan, rasa takut pasti naik dan tidak menutup kemungkinan semakin banyak siswa/I akan berupaya kreatif (negatif) hanya untuk memperoleh bocoran soal.
3.       Momen untuk pendapatan tambahan.
Dengan bocaran-bocoran soal yang selalu terdengar pada momen-momen UN, diisukan ada sekian rupiah yang beredar untuk memperoleh bocoran tersebut, bukan suatu hal yang mustahil bila saat-saat seperti ini dijadikan untuk memperoleh pendapatan tambahan.
4.       Keadilan yang menjebak
Suatu hal yang adil seluruh siswa/I di negara tercinta, Indonesia ini tidak ada yang luput dari UN. Tidak ada yang dianakemaskan. Semuanya hampir merasakan ketakutan yang sama bahkan merasakan peluang berbuat curang yang memang hampir sama. Namun keadilan itu bagi penulis ialah keadilan yang menjebak.
Ketika infrastruktur, tenaga pendidik dalam dunia pendidikan ini tidak merata hingga pelosok negeri ini, adanya kesenjangan yang begitu luar biasanya, UN harus dilaksanakan diseluruh bagian negeri ini.
Walaupun ada pembedaan kalsisfikasi soal (A/B/C) bagi tiap-tiap daerah (berdasarkan info yang bisa dipercaya, tipe soal yang A itu cukup tinggi tingkat kesulitan hingga ke tipe C/D yang semakin berkuran tingkat kesulitannya.), namun merasa tidak adil bahkan hal ini melahirkan pembedaan dalam bingkai negara kesatuan. Hal ini tentu berpotensi menimbulkan kesenjangan mutu pendidikan.

Harus Bisa !
Melihat pelaksanaan UN yang belum tentu juga menjamin mutu dan tingkat kecerdasaan anak bangsa sudah selayaknya pemerintah mulai memikirkan cara atau metode lainnya. Tidak hanya berkecamuk dengan metode UN yang berlaku saat ini. Dan saya yakin pemerintah  Bisa menemukan cara itu.

Sebelum mengakhiri penulisan ini, saya ingin menyempaikan kembali apa yang pernah saya baca pada sakah satu buku mengenai tingkat kecerdasan orang yahudi yang begitu luar biasa. Dikalangan bangsa Yahudi, sejak awal, sejak masa kecil, anak-anak mereka sudah sudah dipersiapkan sesuai dengan minat dan bakatnya hingga dimasa sekolah. Hal ini seperti dipupuk hingga memukau pada saat m,ereka beranjak dewasa, masuk ke perguruan tinggi.  Tidak seperti pendidikan kita di Indonesia yang memaksa agar seluruh pelajaran harus bisa dikuasai oleh anak-anak bangsa. Pemenang olimpiadepun pada salah satu bidang belum tentu memenangi olimpiade dibidang lainnya. Karena setiap anak itu unik dan memiliki karakternya tersendiri ?
Ini sebabnya, pemerintah Harus Bisa menemukan cara terbaik dalam meningkatkan hingga memperoleh mutu pendidikan yang semakin baik tidak hanya mau berkecimpung dengan hal-hal yang menjadi rutinitas. Akhirnya saya ingin mengutip Pendapat Presiden SBY yang say abaca dari buku karangan Dr. Dino Patti Djalal-Harus Bisa, Think Out The Box !

No comments:

Post a Comment