Pages - Menu

Selayang Pandang

"Tak seorang pun mampu mendefenisikan cinta dengan sempurna sebab tak seorang pun juga mampu mencintai secara sempurna. Hanya Tuhan yang sempurna, termasuk dalam hal mencintai kita, anda dan saya !"

About Me

My photo
Hi. saya JP / Jansn / Pur. Lahir di tanggal 17 September. Sukses terbesarku ialah ketika setiap pribadi yang mengenalku, tersenyum bahagia saat mendengar namaku dan mereka katakan, 'aku mengasihi dia'.

Thursday, January 30, 2014

S E N Y U M A N

Bukan karena hidup bahagia maka kamu tersenyum, tetapi karena kamu tersenyum, hidup menjadi bahagia…

Bukan karena semua orang bersahabat maka kamu tersenyum, melainkan karena kamu tersenyum, semua orang menjadi bersahabat…

Bukan karena pekerjaan menyenangkan maka kamu tersenyum, melainkan karena kamu tersenyum, pekerjaan jadi menyenangkan...

Bukan karena keluarga harmonis kamu tersenyum, melainkan karena kamu tersenyum, keluarga menjadi harmonis…

Bukan dunia yang menciptakan senyuman, melainkan senyuman yang menciptakan dunia !
 
Sumber : Buku 100 Kisah Cekak yang Membuat Bijak – Xavier Quentin Pranata, hal 61-62.

R E S I K O



Ketika engkau baik hati, biasa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; namun, berbaik hatilah.
Ketika engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu; namun jujur dan terbukalah.
Ketika engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain merasa iri; namun berbahagialah.
Ketika sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; namun, jadilah sukses.
Hal yang engkau bangun selam bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam; namun, bangunlah.
Kebaikan yang sudah engkau lakukan hari ini, mungkin saja besaok sudah dilupakan oleh orang lain; namun, berbuat baiklah.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.


Sumber : Buku 100 Kisah Cekak yang Membuat Bijak – Xavier Quentin Pranata, hal 59.

Yth Walikota-Wakil Walikota Ambon


Ucapan terima kasih saya persembahkan beriringan kebanggaan kepada Bapak bila telah menyempatkan waktu membaca tulisan ini.
Sebagai seorang anak/warga kota yang sejak lahir, tumbuh dan dibesarkan dilingkungan kota Ambon, sudah sepatutnya memiliki kerinduan dapat melihat kota Ambon yang berkembang, semakin maju, dan tentunya tetap dan senantiasa mengedepankan rasa sebagai orang basudara yang menjunjung tinggi nilai Pela-Gandong.
Dalam tulisan ini, izinkan saya menyampaikan pandangan saya terkait beberapa tantangan yang dihadapi kota Ambon saat ini tanpa sedikit pun bermaksud untuk menggurui. 

Diantaranya :

Masalah Sosial Budaya
Kota Ambon di titik-titik/daerah-daerah tertentu, masih cukup rentan dengan konflik. Entah itu, antar kampung ataupun antar masyarakat dalam satu kampung. Hal ini dirasa berpeluang besar terjadi karena tergerusnya nilai toleransi antar sesama warga sebagai akibat dari arus urbanisasi dari kabupaten/kota sekitar kota Ambon bahkan propinsi disekitar propinsi Maluku. Dengan kata lain, semakin banyak masyarakat pendatang yang tidak menekan populasi masyarakat asli tanpa mencoba memahami nilai Pela-Gandong yang dimiliki masyarakat asli.  Peran tokoh-tokoh pemuda/masyarakat dalam merangkul masyarakat pastinya semakin kecil. Apalagi sebagian besar masyarakat yang melakukan urbanisasi ke kota Ambon tidak didasari pekerjaan yang tetap sehingga menimbulkan pengangguran. Inilah yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya konflik.
Langkah yang sekiranya perlu dilakukan pemerintah yakni melakukan pendataan detail. Sehingga dapat mengetahui lonjakan arus urbanisasi di kota Ambon selain berupaya membangun lapangan kerja. Kemudian dapat menghidupkan kembali acara adat seperti panas pela sehingga dapat memberikan pemahaman akan nilai Pela-Gandong.

Masalah Kemacetan
Kemacetan di kota Ambon mungkin kini dapat dikatakan telah menjadi sebuah trend. Hampir setiap sudut kota Ambon. Apalagi pada saat akan mulainya aktivitas di pagi hari dan menjelang selesainya aktivitas di sore hari.
Ada beberapa faktor yang dapat diindikasikan sebagai faktor penyebab terjadinya kemacetan. Yang pertama, perilaku sebagian besar masyarakat yang tidak sabar, sulit untuk mau mengalah saat berkendara menjadi faktor utama penyebab kemacetan. Baik itu untuk kalangan pengendara angkutan kota, angkutan pribadi bahkan para ojek. Dan yang paling parah perilaku berkendaraanya ialah anak muda, bahkan terkesan “seng tau atorang”.
Yang kedua, parkiran yang tidak tertata rapi, memenuhi badan jalan. Hampir semua pengendara seenaknya saja parkir, mulai dari angkutan kota, angkutan pribadi bahkan angkutan dinas pun sembarangan dalam parkir.
Ada beberapa saran untuk menyikapi hal ini :
·         Cara perparkiran yang menyerong (15­o atau 45o) memang cukup baik dalam hal menampung jumlah kapasitas kendaraan yang parkir. Namun cukup memakan badan jalan (hampir ½ jalan apabila parkir 45o; hampir sepertiga jalan bila parkir 15o) dan cukup memakan waktu saat akan meninggalkan parkiran.
Sedangkan untuk parkir sejajar (langsung menepi ke bahu jalan) kapasitas parkir tidak sebanyak parkir 45o / 15o, hanya sekitar ½ dari kapasitas 45o / 15o. Tetapi waktu yang diperlukan saat dan setelah melakukan parkir sangat singkat disbanding dengan parkir menyerong. Parkir sejajar juga hanya menggunakankurang dari sepertiga jalan. Sehingga parkir sejajar mungkin lebih efisen diterapkan sebab arus kendaraan pada jam-jam produktif di hari kerja itu cukup tinggi.
·         Ada titik-titik tertentu di kota Ambon yang sangat macet pada saat (pagi) dan setelah  aktivitas (sore). Diantaranya Jalur Citra-Galunggung, Trikora-Batu Gantung, Mesjid Alfatah-Waihaong, PGRI-lampu merah Polsek Sirimau (daerah perkantoran), Jembatan Pasar Mardika-Ongko Liong.
Untuk Jalun Citra-Galunggung. Pertama, lajur menuju keluar kota dari arah Citra, mulai dari depan Dealer Honda tidak diperbolehkan parkir pada saat akan/pulang kantor (sekitar jam 7-9 pagi / 3-5 sore hari kantor) (Keberadaan kantor swasta, Mandala Finance kalau tidak salah, menggunakan bahu jalan untuk parkir sebgian besar kendaraannya, memakan lebih dari seperempat jalan). Selanjutnya keberadaan terminal bayangan di Batu Merah harus ditinjau kembali keberadaannya. Sebab akses menuju Batu Merah dalam saja sudah padat, ditambah adanya terminal bayangan maka kemacetan pasti terjadi. Alangkah baiknya dicarikan trayek lain bagi angkutan daerah itu (dengan kata lain trayek itu dihapus) atau pada saat akan/pulang kantor tidak boleh ada terminal bayangan tersebut. Kemudian tidak diperbolehkan adanya parkiran sebelum jembatan Batu Merah, sepanjang jalan menuju/dari Galunggung dan menuju Batu Merah bahwa. Dan untuk ektivitas penyebrangan masyarakat, baiknya dibangun jembatan penyebarangan.Titik-titik ini menjadi sangat penting dan sangat rawan kemacetan karena merupakan akses yang utama kendaran dari/menuju pusat kota.
Untuk Trikora-Batu Gantung. Baiknya tidak diperbolehkan adanya parkiran saat akan/pulang kantor. Selain bagaimana pemerintah berupaya mengembalikan arus lalu lintas seperti dulu.
Untuk Alfatah-Waihaong. Hal yang sama, yakni tidak diperbolehkan parkir atau lakukan parkir sejajar hanya pada bahu jalan dari arah Waihaong menuju Mesjid Alfatah.
Untuk PGRI-Lampu merah Polsek Sirimau. Baiknya tidak diperbolehkan melakukan parkiran (berhenti). Terutama pada jalan setelah Bank BCA, kantor Gubernur-Depan Balai Kota. Parkiran 45o di sisi kanan jalan depan Kantor Kejaksaan-depan Balai Kota itu, sepertinya perlu ditinjau kembali.
Untuk Jembatan Pasar Mardika-Ongko Liong. Bagaimana penataan para pedagang agar tidak memenuhi badan jalan. Tentunya butuh pendekatan persuasive yang ekstra (sebagaimana  yang dilakukan Jokowi, melakukan pendekatan dengan turun ke lapangan, mengajak diskusi dengar para pedagang dalam undangan makan malam yang dilakukan puluhn kali) dan ketegasan dari pemerintah dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan yang mungkin saja ada. Sehingga jalur ini juga dapat digunakan sebagai akses dari/menuju pusat kota.
·         Mengenai transportasi massa, sepertinya pemerintah kini mulai keberadaan angkutan kota yang kecil itu diganti dengan kendaraan berupa mini bus/bus. Sehingga meminimalisir besarnya jumlah angkutan kota. Seperti yang saat ini dipersiapkan propinsi DKI Jakarta, dimana menggunakan sistem saham bagi pengusaha-pengusaha, mungkin dalam sebuah perusahan daerah. Sehingga menekan pengguna kendaaran pribadi.
·         Mengenai tempat pemberhentian sementara angkutan kota, dapat dilakukan dengan pembebasan area sekitar 25-50 meter sebelum/sesudah tikungan atau sebelum atau sesudag lampu merah di titik-titik tertentu guna melancarkan aktivitas para penumpang.

Masalah Pariwisata
Hampir setiap wisatawan yang datang ke Ambon, selalu ingin ke pantai Natsepa. Padahal pantai Natsepa bukan wilayah administrasi kota Ambon. Betapa ruginya kota Ambon yang hanya dijadikan “transit”. Padahal kota Ambon masih memiliki daerah-daerah wisata dan daerah-daerah potensi wisata. Pantai sebagai objek utamanya cukup banyak ditemui dengan mudah. Pemandangan dari pegunungan sangat mungkin untuk kita dapati. Hanya saja perlu penataan, perlu pengembangan, dan yang terpenting membangun rasa kepedulian serta kerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat guna pengembangan pariwisata di kota Ambon.
Jalan dari/menuju kota Ambon dapat dijadikan sebuah perjalanan wisata dengan objek utamanya teluk Ambon. Bangunan-bangunan liar yang dibangun dipinggiran-pinggiran jalan perlu ditertibkan.

Kota Ambon dengan kondisi geografisnya memiliki dataran rendah (pesisir pantai) hingga dataran tinggi (daerah pegunungan) sudah selayaknya menjadi sebuah kota dengan pariwisata yang lengkap yang dapat ditawarkan bagi wisatawan sehingga tidak menutup kemungkinan menjadi sumber utama APBD. 

Masalah Olahraga
Bapa, kota Ambon seakan menjadi pilot bagi perkembangan hampir seluruh cabang olahraga di Maluku. Oleh karena itu Bapa, mohon diperhatikan sarana dan prasarana olahraga di kota Ambon beserta dengan atlet-atletnya. Sebagai contoh, ketika event keolahrgaan daerah, banyak atlet berpotensi meraih medali yang mengikutsertakan diri mewakili kota/kabupaten lain. Sebab biaya yang ditawarkan bagi atlet cukup besar.

Wednesday, January 29, 2014

PRABOWO

PRABOWO SUBIANTO
Dari Militer ke Pengusaha dan Politikus

“Kehilangan terhadap apa yang telah kita miliki adalah bukan akhir dari segalanya.”

A.       Masa Kecil Banyak Dihabiskan dalam Masa Pelarian Sang Ayah
Prabowo Subianto Djojohadikusumo dilahirkan di Jakarta pada 17 Oktober 1951 dari pasangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Masa kecil Prabowo banyak dilewatkan di berbagai negara, baik di Asia maupun di Eropa, dan oleh karena itulah, maka tidak heran apabila Probowo menguasai empat bahasa asing, yakni bahasa Inggris, Jerman, Perancis dan Belanda. Mengapa Prabowo dibesarkan di luar negeri dan tidak di Indonesia ?
Ayah Prabowo, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, dikenal sebagai penganut paham sosialis. Sebagai dedengkot PSI (Partai Sosialis Indonesia), Sumitro pernah memberontak sehingga menjadi buron di masa pemerintahan Soekarno. Ceritanya pada waktu itu Sumitro pernah menjabat sebagai menteri di masa pemerintahan Soekarno, tetapi kemudian dia “terpelanting” karena keterlibatannya dengan pemberontakan PRRI/Permesa. Bertahun-tahun, bersama dengan keluarganya, dia hidup di luar negeri sebagai buronan pemerintah Indonesia (A. Pamudi, 2009: 22-23).
Prabowo pada masa kecilnya lebih banyak mendapatkan pendidikan dari ibunya ketimbang ayahnya. Kesibukan Sumitro di luar rumah adalah alasan yang membuatnya tidak lebih banyak memberikan pendidikan kepada anak-anaknya ketimbang istrinya, Dora Marie Sigar. Semenjak kecil Prabowo telah diajari untuk menerima dan menghargai adanya perbedaan. Penerimaan dan penghargaan terhadap perbedaan ini tidak hanya didapatkannya dari nasihat-nasihat yang diterima dari kedua orang tuanya, tetapi hal itu juga ditunjukan dalam bentuk konkret figure kedua orang tuanya, di mana pada waktu itu Sumitro Djojohadikusumo adalah seorang penganut agam Islam yang taat, sedangkan Dora Marie Sigar penganut agama Kristen yang setia. Perbedaan agama tersebut bukan merupakan permasalahan dalam keluarga mereka, namun justru hal itu merupakan alat pemersatu di antara Sumitro dan Dora sera keluarganya.
Dengan latar belakang keluarga berpendidikan Belanda, Dora Marie Sigar dalam mendidik anak-anaknya selalu menerapkan disipli ketat. Di meja makan, misalnya, semua tata karma dan etiket Belanda sangan ketat dijalankan, seperti tangan tidak boleh kesana kemari, serbet harus dilipat di pangkuan, dan garpu-sendor tidak boleh berbunyi.
Pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya yang sangat membentik kepribadian Prabowo Subianto. Disiplin dan sikap keras diturunkan dari sang ibu, sedangkan gaya berpikir kritis dan bebas diturunkan dari sang ayah. Dengan pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya membentuk kepribadian Prabowo yang cerdas, lugas dan tanpa basa-basi, sangat taat pada aturan, dan kritis.
Sebagaimana telah penulis sebutkan di depan bahwa masa kecil Prabowo banyak dihabiskan dalam masa pelarian ayahnya ke beberapa negara, sehingga hal ini membentuk Prabowo sebagai sosok yang mandiri, pekerja keras dan sangat dekat dengan rakyat kecil. Dalam masa pelarian ayahnya itulah, Prabowo Subianto berhasil lulus dari SMA (American School in London, UK) pada tahun 1969, setelah dua tahun sebelumnya ayah dan keluarganya kembali ke Indonesia.


B.        Back to Indonesia
Setelah terjadinya peristiwa 30 September 1965, dan setelah Soeharto berhasil menggeser kedudukan Soekarno sebagai presiden, Sumitro Djojokusumo bersama dengan keluarganya kembali ke Indonesia, pada tahun 1967. Di tahun berikutnya, Sumitro menjadi anggota Tim Penasihat Ekonomi Presiden. Dalam kabinet Pembangunan I (1968-1973), Sumitro menjabat sebagai Menteri Perdagangan, dan dalam Kabinet Pembangunan II (1973-1978), Sumitro menjadi Menteri Negara Riset.
Kedekatan Sumitro dengan kekuasaan inilah yang kemudian membuka peluang kepada Probowo untuk berkarier di dunia militer. Ketertarikan Prabowo pada dunia militer, tentunya tidak dapat dilepaskan dari hasil didikan orang tuanya yang tegas dan disiplin. Nah, kepribadian yang dimiliki oleh Prabowo inilah yang cocok dengan tradisi di dalam dunia kemiliteran, dan oleh karena itulah wajar apabila Prabowo tertarik pada karier di dunia militer. Selain itu, minat Prabowo pada dunia kemiliteran sepertinya merupakan titisan turun-temurun dari keluarga ayahnya. Kakeknya, Raden Mas (RM) Margono Djojohadikusumo, adalah salah satu pendiri Partai Indonesia Raya (Parindra) dan pendiri Bank BNI 46. R. M. Margono juga dalah Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara pertama dan anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Kini nama kakek Prabowo ini sudah diabadikan menjadi nama sebuah gedung di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sementara dua orang pamannya, Letnan Sujono Djojohadikusumo dan Sersan Mayor Subianto Djojohadikusumo gugur dalam Peristiwa Lengkong di Tangerang tahun 1946. Bahkan oleh sang ayah, kedua nama pamannya ini ditambahkan kepada namanya (Subianto) dan adiknya Hasyim (Sujono), dengan harapan keduanya memiliki jiwa patriot seperti dua paman mereka.
Untuk memulai keriernya di dunia militer, Probowo pun harus mengikuti pendidikan kemiliteran terlebih dahulu. Di Magelang (1970-1974) Prabowo digodok pada pendidikan kemiliteran untuk pertama kalinya. Dalam pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Angkatan Darat (AD) Megelang, Prabowo tercatat sebagai lulusan terbaik. Setelah kelulusan dari sekola pendidikan militer itulah kemudian karier Prabowo di dunia militer tahap demi tahan semakin melejit.
Karier militernya terus melejit ketika dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) pada 1983. Setelah menyelesaikan pelatihan di Special Forces Officer Course Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggung jawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 Kostrad hingga 1987 dan diperpanjang samapai 1991. Prabowo kemudian menjadi Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 17/Kujang/Kostrad, 1991 hingga 1993. Prabowo kembali ke Kopassus sebagai Komandan Grup 3 yaitu Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus di Batujajar, Jawa Barat, tahun 1993. Setahun kemudian sebagai Wakil Komandan Kopassus. Dan tahun 1994, ia dipercaya menjadi orang nomor satu di korps baret merah pasukan elite TNI Angkatan Darat itu.

Tahun 1998, Prabowo ditarik menjadi Panglima Kostrad dengan pangkat Letnan Jenderal, dalam usia yang relative muda yakni 47 tahun. Di tahun inilah ia tersandung tragedi Mei yang membuatnya dipindahkan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando (Sesko TNI). Akhirnya, atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) Prabowo diberhentikan dari dinas kemiliterannya.

C.       Menikahi Anak daripada Soeharto
Prabowo dipertemukan oleh Wismoya Arismunandar dengan anak Presiden Soeharto, Siti Hediyati, ketika ia menjadi ajudan Wismoyo kala itu. Siti Hediyati yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, 14 April 1959, lebih dikenal dengan Titiek Soeharto adalah anak keempat mendiang mantab Presiden Soeharto. Ketika pertama kali mereka bertemu langsung mereka saling tertarik anatara satu sama lain, padahal saat itu Prabowo sudah bertunangan dengan anak dari dr. Sajiman, Kepala Rumah Sakit TNI di Magelang.
Prabowo suka dengan tunangannya itu karena pintar memainkan piano lagu-lagu klasik, suka membaca buku, cerdas dan sering berbahasa Inggris dalam komunikasi antara keduanya. Namun, setelah bertemu Titiek, Prabowo langsung jatuh hati dan terpesona dengan kepribadian Titiek yang lincah, gaul,smart, dan tekun. Kepribadian antara Prabowo dan Titiek sangat mencolok perbedaannya.
Prabowo yang sangat disiplin, selalu ikut tata karma dan aturan, formal, tegas sehingga terkesan kaku, tipikal gaya aristocrat hasil gemblangan sang ibu. Sementara Titiek itu lincah, dinamis dan cenderung melawan aturan protokoler istana. Boleh dibilang Titiek itu “anak jalanan” sedangkan Prabowo “anak rumahan” yang patuh. Titiek ketika sekolah di SMPN 1 dan SMAN 3, sering membuat ajudannya kelabakan. Misalnya, ia senang sekali main sepeda di sawah-sawah Menteng kala itu, atau naik bus bersama teman-teman sekolahnya, dan senang bergaul/berbaur dengan masyarakat biasa.
Prabowo akhirnya menikah dengan Titiek pada Mei 1983. Bertindak sebagai saksi adalah Jenderal M. Yusuf. Jenderal M. Yusuf dikenal sebagai salah seorang yang terkait dengan peristiwa Supersemar, 11 Maret 1966.
Pasangan Prabowo dan titiek ini kemudian dikaruania seorang anak yang sangat pintar, Didiet Prabowo, yang menghabiskan sebagian masa sekolahnya di Boston, Amerika Serikat. Kini Didiet menjadi salah satu desainer yang mulai diperhitungkan di tanah air.

D.        Prabowo Versus Wiranto
Setelah menikah dengan Titiek, pangkat Prabowo di dunia militer semakin menanjak karena tidak terlepas dari prestasi Prabowo dalam dunia kemiliteran. Hal itu bukan semata-mata karena Prabowo adalah bagian dari keluarga Presiden soeharto kala itu, walaupun faktor ini sedikit banyak memengaruhi. Pada tahun 1976-1978 Pasukan Prabowo berhasil menembak Presiden Fretelin, Nicaolao Labato, dalam sebuah operasi khusus di Timor-Timur. Pasukannya pula yang berhasil menyergap Panglima Angkatan Bersenjata Fretelin, Guido Soares, dan anggota Komite Sentral Fretelin, Somotox, serta Komandan Sektor Fretelin, Koliman. Selain it, Prabowo pada tahun 1981 juga berhasil dalam operasi pembebasan pesawat Woyla dari pembajak di Badar Udara Don Muang, Bangkok. Dan oleh karena itulah, maka pada saat itu pangkatnya naik dari mayor menjadi letnan colonel.
Atas prestasi dan juga posisinya dari keluarga Soeharto itulah yang kemudian menjadikan karier Prabowo Subianto terus menanjak di dunia kemiliteran hingga akhirnya “mengancam” kedudukan/jabatan kemiliteran seniornya, Wiranto. Berangkat dari alasan inilah, maka muncul isu bahwa antara Prabowo dan Wiranto terjadi rivalitas dalam memperebutkan jabatan kemiliteran. Bahkan isu yang beredar menyebutkan bahwa hubungan antara Prabowo dan Wiranto tersebut adalah hubungan antara pihak yang saling bermusuhan bahkan musuh bebuyutan.
Permusuhan antara Prabowo dan Wiranto ini terus berlangsung hingga detik-detik jatuhnya kekuasaan Soeharto. Pada saat itu rakyat protes karena demokrasi di Indonesia tidak berjalan dengan baik akibat ulah dari Soeharto. Apalagi ditambah dengan terjadinya krisis monoter di Indonesia pada saat itu yang menyebabkan sembako harganya melambung tinggi, dan tidak jarang hilang dari pasaran. Rakyat pada saat itu bersatu padu, bagaikan suara gelombang radio dari berbagai penjuru yang dipersatukan dalam satu frekuensi, menggugat agar Soeharto segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai seorang presiden yang telah dijabat tidak kurang dari 32 tahun.

E.        Kasus Penculikan Aktivis Pro-Demokrasi dan Penembakan di Trisakti
Ketika terjadi gelombang demonstrasi agar Soeharto segera mundur dari jabatannya sebagai presiden memicu terjadinya berbagai kerusuhan.
Menjelang dan sesudah Sidang Umum MPR 1 – 11 Maret 1998, terjadi penculikan terhadap sejumlah aktivitas dari mahasiswa, LSM, ormas dan partai politik. Kejadiannya berlangsung antar Februari hingga Maret 1998.
Awalnya adalah meledaknya bom di rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, 18 Januai 1998. Ini bom pertama yang meledak di Jakarta sejak tahun 1984, ketika BCA (Bank Central Asia) diledakkan, menyusul kerusuhan Tanjung Priok. Aparat meyakini, bom rakitan itu dibuat oleh kelompok mahasiswa kiri yang berafiliasi ke PRD (Partai Rakyat Demokratik).
Penyelidikan di Tanah Tinggi menemukan dokumen rencana revolusi yang melibatkan empat kelompok kunci: CSIS, Jenderal (Purn.) L. B. Moerdani, kelompok massa PDI Megawati, Pengusaha Sofyan Wannandi-Yusuf Wannandi.
Kemudian beredarlah nama-nama “kelompok kiri” yang dianggap berpotensi membuat rusuh menjelang dan selama Sidang Umum MPR. Mereka kebanyakan adalah aktivis PRD, SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), serta yang berkaitan dengan PDI Megawati. Orang yang tercantum dalam daftar nama itu satu demi satu menghilang.
Setelah penyelidikan intensif sesudah Soeharto lengser, pelaku penculikan kemudian diketahui. Mereka adalah Tim Mwar, satu dari tiga tim yang dibentuk oelh Komandan Batalion 42 Group IV Kopassus, Mayor (inf.) Bambang Kristiono atas perintah dari Prabowo.
Aksi penculikan terhadap aktivis pro-demokrasi ini memang diakui oleh Prabowo namun, walaupun mengakui hal tersebut, Prabowo berdalih bahwa setelah mereka diculik, mereka kemudian dilepaskan. Aksi penculikan itu dilakukan oelh Prabowo dengan alsan untuk meredam atau menghentikan terjadinya berbagai kerusuhan pada saat itu. Namun demikian, walaupun dalam pengakuannya Prabowo mengatakan bahwa orang-orang yang diculiknya tersebut dibebaskan kembali, dalam kenyataannya ada beberapa aktivis yang diculik yang sampai dengan saat ini tidak jelas keberadaannya. Menurut penilaian Prabowo, kelihatnnya ada pihak yang menunggangi aksi penculikan ini untuk menyingkirkan dirinya dari dunia kemiliteran. Siap orang itu ? apakah Wiaranto ? tidak ada kejelasan.
Tudingan terhadap Prabowo bahwa Prabowo-lah yang paling bertanggung jawab terhadap aksi penculikan tersebut dan hilangnya beberapa aktivis korban penculikan sampai dengan saat ini, membuat posisi Prabowo di dunia kemiliteran pada saat itu benar-benar terpojok, terlebih lagi dengan terjadinya peristiwa penembakan di Trisakti yang dikait-kaitkan dengan namanya, semakin membuat Prabowo terpojok.
Ketika terjadi demonstrasi besar-besaran menggugat kekuasaan Soeharto di Universitas Trisakti Jakarta 12 Mei 1998, ketika itulah terjadi aksi penembakan oelh apart yang kemudian menewaskanempat mahasiswa. Aksi penembakan itu pun kemudian semakin menyulut amarah rakyta Indonesa dan terjadilah kerusuhan massal 13-15 Mei 1998, yang kahirnya memaksa Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden.

Masyarakat pada waktu itu menuding bahwa dalang di balik aksi penembakan itu pastilah Prabowo. Namun Prabowo tidak mengakui bahwa dialah yang menjadi biangnya. Menurut pengakuannya, aksi penembakan itu pasti dilakukan oleh aparat yang lepas control. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, kalau bukan Prabowo yang menajdi dalang dari aksi penembakan itu, lalu siapa dalangnya ? apakah penemabakan tersebut ada hubungannya dengan isu permusuhan anatarPrabowo dan Wiranto ?

F.        Berakhirnya Karier Prabowo di Dunia Militer
Demonstrasi pada bulan Mei 1998 semakin hari semakin menghebat hingga aksi demonstrasi masyarakat saat itu diprediksi oleh Prabowo akan menjungkalkan Presiden Soeharto dari singgasananya. Karena yang menjadi persoalan bagi Prabowo seandainya Soeharto sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden adalah tentang kelanjutan kariernya di dunia militer. Berangkat dari pemikiran untuk mengamankan kariernya di dunia militer tersebut maka kemudian Prabowo mendekati B. J. Habibie. Dalam pandangan Prabowo apabila Soeharto kelak benar-benar terjungkal dari kekuasaan maka secara lgis-konstitusional, B. J. Habibie yang akan menggantikan posisi Soeharto.
Sementara itu, dalam masa-masa kritis seperti itu sebenarnya Soeharto membutuhkan dukungan atas keinginannya untuk terus berkuasa di Indonesia. Prabowo yang seharusnya mendukung mertuanya, justru lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri (pengamanan kariernya di dunia kemiliteran) ketimbang mengamankan posisi mertuanya. Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Wiranto untuk menghantam Prabowo.
Setelah Wiranto mendapat informasi dari mata-matanya tentang kedekatan Prabowo dengan B. J. Habibie dan dukungan Prabowo terhadap B. J. Habibie untuk menggantikan Soeharto, informasi tersebut kemudian disampaikan kepada Soeharto. Mendengar informasi yang isampaikan oleh Wiranto tersebut, maka semenjak itulah Soeharto bersikap dingin dengan Prabowo. Sikap dingin Soeharto kepada Prabowo semakin menjadi-jadi ketika berembus kabar bahwa pasukan yang berada di bawah komando Prabowo melakukan tindakan sengaja mendorong terjadinya kerusuhan guna mempercepat terjungkalnya Soeharto.
Akhirnya, karena tidak tahan atas demonstrasi yang terus-menerus, ditambah dengan terjadinya pengkhinatan oleh orang-orang dekatnya, dimana orang-orang yang dianggap setia kepadanya bukannya memberikan dukungan dan berusaha untuk menyelamatkan posisi kepresidenan tetapi justru mereka berbalik arah untuk secara bersama mengimbau agar Presiden Soeharto dengan legawa mengundurkan diri dari jabatalnnya. Akhirnya pada 21 Maret 1998 Soeharto mengundurkan diri dari jabatan kepresidenannya, dan kemudian kedudukannya itu digantikan oleh B. J. Habibie yang pada waktu itu berposisi sebagai wakil presiden.
Setelah pengunduran diri Soehato itu, Prabowo sebagai menantunya bermaksud untuk bersilahturahmi ke kediaman Soeharto, di Jl. Cendana, namun ketika Prabowo sudah samapi di Cendana, pada waktu itu Soeharto dan Istri serta anak-anaknya sedang berkumpul, saat itulah Prabowo dimaki-maki dan dituding sebagai pengkhianat. Titiek, istri dari Prabowo, ketika itu juga ada di tempat. Menyaksikan suaminya dimaki-maki dan dituduh sebagai pengkhianat, Titiek hanya bisa menangis tersedu-sedu. Tidak berpa lama semenjak kejadian itu terjadi perceraian antara Prabowo dan istrnya, Siti Hediyati (Titiek).
Keluarga Soeharto tidak berhenti dengan hanya memaki-maki Prabowo. Karena merasa perlu membalas tindakan Prabowo, kemudian dengan dibantu oleh Wiranto, diungkitlah kasus penculikan aktivis pro-demokrasi dan peristiwa Trisakti.
Berdasarkan atas tuduhan bahwa Prabowo adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa penculikan aktivis pro-demokrasi dan peristiwa Trisakti, maka atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Prabowo diberhentikan dari dinas kemiliteran.

G.        Menjadi Pengusaha dan Politikus
Setelah terjadinya peristiwa pemecatan dirinya dari militer, Prabowo akhirnya pergi ke luarnegeri. Ada beberapa negara yang dikunjungi oleh Prabowo, di antaranya adalah Yordania, negara-negara Eropa dan Asia. Untuk apa Prabowo pergi ke luar negeri ? Ada dua alasan mengapa Prabowo pergi ke luar negeri. Alasan pertama, untuk menghindari berbagai kontroversi di dalam negeri yang melibatkan dirinya, sehingga dia memilih menghilang terlebih dahulu. Alasan kedua, Prabowo berusaha untuk membangun kehidupan barunya sebagai pebisnis/pengusaha setelah tidak lagi menjadi seorang militer.
Akhirnya karier militer bagi Prabowo berarti awal dari karier bisnisnya. Sebagai putra Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo sebenarnya tidak terlalu asing dengan dunia usaha. Adiknya, Hashim Djojohadikusumo adalah salah satu konglomerat negeri ini. Hashim sempat membli Bank Niaga beberapa saat sebelum krisis moneter melanda negeri ini. Ayahnya, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo harus tinggal berpindah-pindah semasa manjadi buron pemerintah Soekarno. Untuk menghidupi keluarganya, Sumitro sempat berbisnis kecil-kecilan di bidang furniture dan property di Hongkong.
Basis usaha Prabowo pada awalnya berada di luar negeri. Tapi dalam perkembangan selanjutnya, jaringan usahanya juga eksis di dalam negeri. Tidak berbeda dengan di dunia militer, karier Prabowo di dunia bisnis pun melesat cepat. Selain karena kesungguhan dan kerja keras, dia juga tergolong orang yang cepat belajar.
Setelah mengasingkan diri di luar negeri, akhirnya Prabowo muncul lagi ke hadapan publik. Ketika sesampanya di Indonesia, beberapa lama kemudian, Prabowo tidak hanya sibuk pada bisnis, tetapi dia berusaha untuk masuk ke dunia politik. Untuk masuk ke dunia politik inilah, kemudian Prabowo bergabung dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan, sperti Himpunan Tani Indonesia, Perkumpulan Pedagang Pasar Indonesia, maupun Partai Golkar. Melalui partai Golkar inilah dia kemudian memberanikan diri menjadi calon presiden dari jalur Golkar, rivalnya (Wiranto) juga mencalonkan diri. Langkah Prabowo pun akhirnya terjegal melalui konvensi pemilihan calon presiden dari partai Golkar. Dalam konvensi tersebut Prabowo dikalahkan oleh Wiranto – musuh lamanya.
Setelah dikalahkan oleh Wiranto dalam konvensi tersebut, dalam perkembangan selanjutnya, Prabowo pun keluar dari partai Golkar dan kemudian bergabung dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Melalui Gerindra kemudian pada 2009 Prabowo mencalonkan diri menajdi presiden. Namun lagi-lagi ketika dia mencalonkan dirinya menjadi calon presiden, Wiranto juga mencalonkan diri menjadi calon presiden.
Ambisi Prabowo untuk menjadi presiden rupanya tidakberhenti pada tahun 2009 di mana bursa pemilihan calon presiden saat itu dimenngkan oleh Susilo Bambang Yudhoyona. Di tahun 2014 mendatang Prabowo pun berniat untuk bertarung kembali dalam bursa pemilihan presiden.

H.        Tali Simpul Insirasi Kisah Hidup Prabowo Subianto
Setiap orang memiliki cita-cita dan keahlian yang berbeda antara satu sama lain. Ketika cita-cita itu tercapai dan ketika keahlian kita geluti, maka hal yang seharusnya kita lakukan adalah merawat, mengembangkan dan mempertahankan cita-cita tersebut.  Keahlian yang kita miliki adalah juga untuk menumbuhkan kepribadian yang profesional dalam menjalankan cita-cita yang telah tercapai itu.

Namun dmikian, apa yang telah kita miliki dan dan kita jaga tidak selamanya dapat bertahan, karena berbagai faktor yang berada di luar kekuasaan kita. Nah, jika hal ini yang terjadi pada diri kita, apa yang harus kita lakukan ? Sebagaimana yang digambarkan pada kisah kehidupan Prabowo Subianto ketika dia di pecat dari dinas kemiliteran, walaupun dia sudah berusaha mempertahankannya, Prabowo tidak lantas merasa hal itu merupakan akhir dari segalanya. Tindakan yang diambil oleh Prabowo adalah segera beralih pada profesi lain dan kemudian belajar untuk mencintai profesi baru yang dia geluti. Sikap tidak berputus asa dan berprinsip bahwa ada banyak profesi yang dapat kita jalani selain profesi kita sebelumnya, adalah kunci dari keberlanjutan hidup kita. Sekali lagi, kehilangan terhadap apa yang telah kita miliki, bukanlah akhir dari segalanya.

Sumber : Buku Most Inspiring People - Sogol Hadi Suwarto