Tahun 1998, Prabowo ditarik menjadi
Panglima Kostrad dengan pangkat Letnan Jenderal, dalam usia yang relative muda
yakni 47 tahun. Di tahun inilah ia tersandung tragedi Mei yang membuatnya
dipindahkan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando (Sesko TNI). Akhirnya,
atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) Prabowo diberhentikan dari
dinas kemiliterannya.
C. Menikahi Anak daripada Soeharto
Prabowo dipertemukan oleh Wismoya Arismunandar dengan anak Presiden Soeharto, Siti Hediyati, ketika ia menjadi ajudan Wismoyo kala itu. Siti Hediyati yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, 14 April 1959, lebih dikenal dengan Titiek Soeharto adalah anak keempat mendiang mantab Presiden Soeharto. Ketika pertama kali mereka bertemu langsung mereka saling tertarik anatara satu sama lain, padahal saat itu Prabowo sudah bertunangan dengan anak dari dr. Sajiman, Kepala Rumah Sakit TNI di Magelang.
Prabowo suka dengan tunangannya itu karena pintar memainkan piano lagu-lagu klasik, suka membaca buku, cerdas dan sering berbahasa Inggris dalam komunikasi antara keduanya. Namun, setelah bertemu Titiek, Prabowo langsung jatuh hati dan terpesona dengan kepribadian Titiek yang lincah, gaul,smart, dan tekun. Kepribadian antara Prabowo dan Titiek sangat mencolok perbedaannya.
Prabowo yang sangat disiplin, selalu ikut tata karma dan aturan, formal, tegas sehingga terkesan kaku, tipikal gaya aristocrat hasil gemblangan sang ibu. Sementara Titiek itu lincah, dinamis dan cenderung melawan aturan protokoler istana. Boleh dibilang Titiek itu “anak jalanan” sedangkan Prabowo “anak rumahan” yang patuh. Titiek ketika sekolah di SMPN 1 dan SMAN 3, sering membuat ajudannya kelabakan. Misalnya, ia senang sekali main sepeda di sawah-sawah Menteng kala itu, atau naik bus bersama teman-teman sekolahnya, dan senang bergaul/berbaur dengan masyarakat biasa.
Prabowo akhirnya menikah dengan Titiek pada Mei 1983. Bertindak sebagai saksi adalah Jenderal M. Yusuf. Jenderal M. Yusuf dikenal sebagai salah seorang yang terkait dengan peristiwa Supersemar, 11 Maret 1966.
Pasangan Prabowo dan titiek ini kemudian dikaruania seorang anak yang sangat pintar, Didiet Prabowo, yang menghabiskan sebagian masa sekolahnya di Boston, Amerika Serikat. Kini Didiet menjadi salah satu desainer yang mulai diperhitungkan di tanah air.
D. Prabowo Versus Wiranto
Setelah menikah dengan Titiek, pangkat Prabowo di dunia militer semakin menanjak karena tidak terlepas dari prestasi Prabowo dalam dunia kemiliteran. Hal itu bukan semata-mata karena Prabowo adalah bagian dari keluarga Presiden soeharto kala itu, walaupun faktor ini sedikit banyak memengaruhi. Pada tahun 1976-1978 Pasukan Prabowo berhasil menembak Presiden Fretelin, Nicaolao Labato, dalam sebuah operasi khusus di Timor-Timur. Pasukannya pula yang berhasil menyergap Panglima Angkatan Bersenjata Fretelin, Guido Soares, dan anggota Komite Sentral Fretelin, Somotox, serta Komandan Sektor Fretelin, Koliman. Selain it, Prabowo pada tahun 1981 juga berhasil dalam operasi pembebasan pesawat Woyla dari pembajak di Badar Udara Don Muang, Bangkok. Dan oleh karena itulah, maka pada saat itu pangkatnya naik dari mayor menjadi letnan colonel.
Atas prestasi dan juga posisinya dari keluarga Soeharto itulah yang kemudian menjadikan karier Prabowo Subianto terus menanjak di dunia kemiliteran hingga akhirnya “mengancam” kedudukan/jabatan kemiliteran seniornya, Wiranto. Berangkat dari alasan inilah, maka muncul isu bahwa antara Prabowo dan Wiranto terjadi rivalitas dalam memperebutkan jabatan kemiliteran. Bahkan isu yang beredar menyebutkan bahwa hubungan antara Prabowo dan Wiranto tersebut adalah hubungan antara pihak yang saling bermusuhan bahkan musuh bebuyutan.
Permusuhan antara Prabowo dan Wiranto ini terus berlangsung hingga detik-detik jatuhnya kekuasaan Soeharto. Pada saat itu rakyat protes karena demokrasi di Indonesia tidak berjalan dengan baik akibat ulah dari Soeharto. Apalagi ditambah dengan terjadinya krisis monoter di Indonesia pada saat itu yang menyebabkan sembako harganya melambung tinggi, dan tidak jarang hilang dari pasaran. Rakyat pada saat itu bersatu padu, bagaikan suara gelombang radio dari berbagai penjuru yang dipersatukan dalam satu frekuensi, menggugat agar Soeharto segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai seorang presiden yang telah dijabat tidak kurang dari 32 tahun.
E. Kasus Penculikan Aktivis Pro-Demokrasi dan Penembakan di Trisakti
Ketika terjadi gelombang demonstrasi agar Soeharto segera mundur dari jabatannya sebagai presiden memicu terjadinya berbagai kerusuhan.
Menjelang dan sesudah Sidang Umum MPR 1 – 11 Maret 1998, terjadi penculikan terhadap sejumlah aktivitas dari mahasiswa, LSM, ormas dan partai politik. Kejadiannya berlangsung antar Februari hingga Maret 1998.
Awalnya adalah meledaknya bom di rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, 18 Januai 1998. Ini bom pertama yang meledak di Jakarta sejak tahun 1984, ketika BCA (Bank Central Asia) diledakkan, menyusul kerusuhan Tanjung Priok. Aparat meyakini, bom rakitan itu dibuat oleh kelompok mahasiswa kiri yang berafiliasi ke PRD (Partai Rakyat Demokratik).
Penyelidikan di Tanah Tinggi menemukan dokumen rencana revolusi yang melibatkan empat kelompok kunci: CSIS, Jenderal (Purn.) L. B. Moerdani, kelompok massa PDI Megawati, Pengusaha Sofyan Wannandi-Yusuf Wannandi.
Kemudian beredarlah nama-nama “kelompok kiri” yang dianggap berpotensi membuat rusuh menjelang dan selama Sidang Umum MPR. Mereka kebanyakan adalah aktivis PRD, SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi), serta yang berkaitan dengan PDI Megawati. Orang yang tercantum dalam daftar nama itu satu demi satu menghilang.
Setelah penyelidikan intensif sesudah Soeharto lengser, pelaku penculikan kemudian diketahui. Mereka adalah Tim Mwar, satu dari tiga tim yang dibentuk oelh Komandan Batalion 42 Group IV Kopassus, Mayor (inf.) Bambang Kristiono atas perintah dari Prabowo.
Aksi penculikan terhadap aktivis pro-demokrasi ini memang diakui oleh Prabowo namun, walaupun mengakui hal tersebut, Prabowo berdalih bahwa setelah mereka diculik, mereka kemudian dilepaskan. Aksi penculikan itu dilakukan oelh Prabowo dengan alsan untuk meredam atau menghentikan terjadinya berbagai kerusuhan pada saat itu. Namun demikian, walaupun dalam pengakuannya Prabowo mengatakan bahwa orang-orang yang diculiknya tersebut dibebaskan kembali, dalam kenyataannya ada beberapa aktivis yang diculik yang sampai dengan saat ini tidak jelas keberadaannya. Menurut penilaian Prabowo, kelihatnnya ada pihak yang menunggangi aksi penculikan ini untuk menyingkirkan dirinya dari dunia kemiliteran. Siap orang itu ? apakah Wiaranto ? tidak ada kejelasan.
Tudingan terhadap Prabowo bahwa Prabowo-lah yang paling bertanggung jawab terhadap aksi penculikan tersebut dan hilangnya beberapa aktivis korban penculikan sampai dengan saat ini, membuat posisi Prabowo di dunia kemiliteran pada saat itu benar-benar terpojok, terlebih lagi dengan terjadinya peristiwa penembakan di Trisakti yang dikait-kaitkan dengan namanya, semakin membuat Prabowo terpojok.
Ketika terjadi demonstrasi besar-besaran menggugat kekuasaan Soeharto di Universitas Trisakti Jakarta 12 Mei 1998, ketika itulah terjadi aksi penembakan oelh apart yang kemudian menewaskanempat mahasiswa. Aksi penembakan itu pun kemudian semakin menyulut amarah rakyta Indonesa dan terjadilah kerusuhan massal 13-15 Mei 1998, yang kahirnya memaksa Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden.
Masyarakat pada waktu itu menuding bahwa dalang di balik aksi penembakan itu pastilah Prabowo. Namun Prabowo tidak mengakui bahwa dialah yang menjadi biangnya. Menurut pengakuannya, aksi penembakan itu pasti dilakukan oleh aparat yang lepas control. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, kalau bukan Prabowo yang menajdi dalang dari aksi penembakan itu, lalu siapa dalangnya ? apakah penemabakan tersebut ada hubungannya dengan isu permusuhan anatarPrabowo dan Wiranto ?
F. Berakhirnya Karier Prabowo di Dunia Militer
Demonstrasi pada bulan Mei 1998 semakin hari semakin menghebat hingga aksi demonstrasi masyarakat saat itu diprediksi oleh Prabowo akan menjungkalkan Presiden Soeharto dari singgasananya. Karena yang menjadi persoalan bagi Prabowo seandainya Soeharto sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden adalah tentang kelanjutan kariernya di dunia militer. Berangkat dari pemikiran untuk mengamankan kariernya di dunia militer tersebut maka kemudian Prabowo mendekati B. J. Habibie. Dalam pandangan Prabowo apabila Soeharto kelak benar-benar terjungkal dari kekuasaan maka secara lgis-konstitusional, B. J. Habibie yang akan menggantikan posisi Soeharto.
Sementara itu, dalam masa-masa kritis seperti itu sebenarnya Soeharto membutuhkan dukungan atas keinginannya untuk terus berkuasa di Indonesia. Prabowo yang seharusnya mendukung mertuanya, justru lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri (pengamanan kariernya di dunia kemiliteran) ketimbang mengamankan posisi mertuanya. Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Wiranto untuk menghantam Prabowo.
Setelah Wiranto mendapat informasi dari mata-matanya tentang kedekatan Prabowo dengan B. J. Habibie dan dukungan Prabowo terhadap B. J. Habibie untuk menggantikan Soeharto, informasi tersebut kemudian disampaikan kepada Soeharto. Mendengar informasi yang isampaikan oleh Wiranto tersebut, maka semenjak itulah Soeharto bersikap dingin dengan Prabowo. Sikap dingin Soeharto kepada Prabowo semakin menjadi-jadi ketika berembus kabar bahwa pasukan yang berada di bawah komando Prabowo melakukan tindakan sengaja mendorong terjadinya kerusuhan guna mempercepat terjungkalnya Soeharto.
Akhirnya, karena tidak tahan atas demonstrasi yang terus-menerus, ditambah dengan terjadinya pengkhinatan oleh orang-orang dekatnya, dimana orang-orang yang dianggap setia kepadanya bukannya memberikan dukungan dan berusaha untuk menyelamatkan posisi kepresidenan tetapi justru mereka berbalik arah untuk secara bersama mengimbau agar Presiden Soeharto dengan legawa mengundurkan diri dari jabatalnnya. Akhirnya pada 21 Maret 1998 Soeharto mengundurkan diri dari jabatan kepresidenannya, dan kemudian kedudukannya itu digantikan oleh B. J. Habibie yang pada waktu itu berposisi sebagai wakil presiden.
Setelah pengunduran diri Soehato itu, Prabowo sebagai menantunya bermaksud untuk bersilahturahmi ke kediaman Soeharto, di Jl. Cendana, namun ketika Prabowo sudah samapi di Cendana, pada waktu itu Soeharto dan Istri serta anak-anaknya sedang berkumpul, saat itulah Prabowo dimaki-maki dan dituding sebagai pengkhianat. Titiek, istri dari Prabowo, ketika itu juga ada di tempat. Menyaksikan suaminya dimaki-maki dan dituduh sebagai pengkhianat, Titiek hanya bisa menangis tersedu-sedu. Tidak berpa lama semenjak kejadian itu terjadi perceraian antara Prabowo dan istrnya, Siti Hediyati (Titiek).
Keluarga Soeharto tidak berhenti dengan hanya memaki-maki Prabowo. Karena merasa perlu membalas tindakan Prabowo, kemudian dengan dibantu oleh Wiranto, diungkitlah kasus penculikan aktivis pro-demokrasi dan peristiwa Trisakti.
Berdasarkan atas tuduhan bahwa Prabowo adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa penculikan aktivis pro-demokrasi dan peristiwa Trisakti, maka atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Prabowo diberhentikan dari dinas kemiliteran.
G. Menjadi Pengusaha dan Politikus
Setelah terjadinya peristiwa pemecatan dirinya dari militer, Prabowo akhirnya pergi ke luarnegeri. Ada beberapa negara yang dikunjungi oleh Prabowo, di antaranya adalah Yordania, negara-negara Eropa dan Asia. Untuk apa Prabowo pergi ke luar negeri ? Ada dua alasan mengapa Prabowo pergi ke luar negeri. Alasan pertama, untuk menghindari berbagai kontroversi di dalam negeri yang melibatkan dirinya, sehingga dia memilih menghilang terlebih dahulu. Alasan kedua, Prabowo berusaha untuk membangun kehidupan barunya sebagai pebisnis/pengusaha setelah tidak lagi menjadi seorang militer.
Akhirnya karier militer bagi Prabowo berarti awal dari karier bisnisnya. Sebagai putra Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo sebenarnya tidak terlalu asing dengan dunia usaha. Adiknya, Hashim Djojohadikusumo adalah salah satu konglomerat negeri ini. Hashim sempat membli Bank Niaga beberapa saat sebelum krisis moneter melanda negeri ini. Ayahnya, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo harus tinggal berpindah-pindah semasa manjadi buron pemerintah Soekarno. Untuk menghidupi keluarganya, Sumitro sempat berbisnis kecil-kecilan di bidang furniture dan property di Hongkong.
Basis usaha Prabowo pada awalnya berada di luar negeri. Tapi dalam perkembangan selanjutnya, jaringan usahanya juga eksis di dalam negeri. Tidak berbeda dengan di dunia militer, karier Prabowo di dunia bisnis pun melesat cepat. Selain karena kesungguhan dan kerja keras, dia juga tergolong orang yang cepat belajar.
Setelah mengasingkan diri di luar negeri, akhirnya Prabowo muncul lagi ke hadapan publik. Ketika sesampanya di Indonesia, beberapa lama kemudian, Prabowo tidak hanya sibuk pada bisnis, tetapi dia berusaha untuk masuk ke dunia politik. Untuk masuk ke dunia politik inilah, kemudian Prabowo bergabung dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan, sperti Himpunan Tani Indonesia, Perkumpulan Pedagang Pasar Indonesia, maupun Partai Golkar. Melalui partai Golkar inilah dia kemudian memberanikan diri menjadi calon presiden dari jalur Golkar, rivalnya (Wiranto) juga mencalonkan diri. Langkah Prabowo pun akhirnya terjegal melalui konvensi pemilihan calon presiden dari partai Golkar. Dalam konvensi tersebut Prabowo dikalahkan oleh Wiranto – musuh lamanya.
Setelah dikalahkan oleh Wiranto dalam konvensi tersebut, dalam perkembangan selanjutnya, Prabowo pun keluar dari partai Golkar dan kemudian bergabung dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Melalui Gerindra kemudian pada 2009 Prabowo mencalonkan diri menajdi presiden. Namun lagi-lagi ketika dia mencalonkan dirinya menjadi calon presiden, Wiranto juga mencalonkan diri menjadi calon presiden.
Ambisi Prabowo untuk menjadi presiden rupanya tidakberhenti pada tahun 2009 di mana bursa pemilihan calon presiden saat itu dimenngkan oleh Susilo Bambang Yudhoyona. Di tahun 2014 mendatang Prabowo pun berniat untuk bertarung kembali dalam bursa pemilihan presiden.
H. Tali Simpul Insirasi Kisah Hidup Prabowo Subianto
Setiap orang memiliki cita-cita dan keahlian yang berbeda antara satu sama lain. Ketika cita-cita itu tercapai dan ketika keahlian kita geluti, maka hal yang seharusnya kita lakukan adalah merawat, mengembangkan dan mempertahankan cita-cita tersebut. Keahlian yang kita miliki adalah juga untuk menumbuhkan kepribadian yang profesional dalam menjalankan cita-cita yang telah tercapai itu.
Namun dmikian, apa yang telah kita miliki dan dan kita jaga tidak selamanya dapat bertahan, karena berbagai faktor yang berada di luar kekuasaan kita. Nah, jika hal ini yang terjadi pada diri kita, apa yang harus kita lakukan ? Sebagaimana yang digambarkan pada kisah kehidupan Prabowo Subianto ketika dia di pecat dari dinas kemiliteran, walaupun dia sudah berusaha mempertahankannya, Prabowo tidak lantas merasa hal itu merupakan akhir dari segalanya. Tindakan yang diambil oleh Prabowo adalah segera beralih pada profesi lain dan kemudian belajar untuk mencintai profesi baru yang dia geluti. Sikap tidak berputus asa dan berprinsip bahwa ada banyak profesi yang dapat kita jalani selain profesi kita sebelumnya, adalah kunci dari keberlanjutan hidup kita. Sekali lagi, kehilangan terhadap apa yang telah kita miliki, bukanlah akhir dari segalanya.
Sumber : Buku Most Inspiring People - Sogol Hadi Suwarto