Debat perdana capres
dan cawapres Republik Indonesia telah usia. Selama menyimak, saya menuliskan
status pada media sosial facebook yang berisikan kritik dan berintikan saya
respon kepada pasangan Capres dan Cawapres Prabowo-Hatta.
Bagi saya, debat
perdana tersebut semakin memperjelas siapa yang selama ini mengumandangkan isu
HAM yang menyerang Prabowo. Dan siapa yang dewasa serta elegan sebagai pemimpin
yang nantinya merupakan representative rakyat Indonesia.
Saya bukan seorang yang
fanatik sosok Prabowo dan apatis terhadap sosok Jokowi. Namun saya harus
mengakui saya kagum akan sosok Prabowo dan terlebih lagi sejauh ini hati saya,
batin saya begitu yakin dan percaya Prabowo tidak seperti yang selama ini
dituduhkan kepadanya.
Saya takut dan saya
ragu juga, akankah Prabowo menang dalam pemilihan presiden nanti. Akan tetapi,
dari apa yang saya baca, dari apa yang saya dengar, sosok Prabowo itu yang saat
ini dbutuhkan oleh Indonesia. Sederhananya, saya ingin menjadi tuan rumah di
rumah sendiri, Indonesia. Yang tidak ingin bagaikan orang asing di Indonesia.
Saya ingin suasana negara yang memang negarawan, yang melahirkan sosok-sosok
idealis pembela bangsa dan berujung pada patriot-patriot calon pemimpin masa
depan bangsa.
Seketika setelah usai
tayangan televisi yang menyiarkan debat tersebut, tiba-tiba ada niat saya untuk
berdoa. Dan inilah pertama kali saya lakukan selama menggenggam hak pemilih.
Inilah isi doa saya malam itu :
Tuhan Yesus, Engkaulah yang lebih
mengetahui dan mengenal Prabowo. Jika dia ikhlas, jujur dan tidak sesuai dengan
isu-isu yang selama ini dtuduhkan kepada dia, berkenanlah atas niatnya menjadi
Presiden.
Namun jika ia tidak baik di
mata-Mua, perlihatkanlah siapa dia. Amin.
Yang sungguh-sungguh
ingin saya utarakan seperti ini :
Tuhan, Engkau Maha
Mengetahui, Engkau Maha Mengenal setiap Ciptaan-Mu, termasuk Prabowo.
Saya sangat kagum
bahkan terkesan membela Prabowo. Namun saya tidak membenci lawannya. Saya tidak
ingin hidup dinegara yang menyuarakan Bhineka Tunggal Ika, menjadikannya
sebagai Semboyan negara namun tidak mampu mengaplikasikannya. Saya ingin marah
ketika kehidupan bersaudara di Maluku dihancurkan. Saya merasa sedih, ketika berjalan
ditemani ketakutan padahal saya berada dirumah sendiri. Saya menyesal ketika
saudara-saudara saya diseberang sana menganggap mereka istimewa padahal negara
ini merdeka karena anugerah Tuhan.
Apabila Prabowo
merupakan sosok yang ikhlas, jujur, bersih dan baik menurut-Mu, izinkanlah ia,
berkenanlah agar ia menjadi presiden. Ketuklah seluruh pintu hati, curahkanlah
hikmat kepada seluruh ciptaan-Mu untuk memilih ia. Jadilah yang terbaik
menurut-Mu.
Dan bagi saya, yang
sering membela Prabowo lewat media social ataupun saat berinteraksi dengan
sesama, berikanlah hikmat-Mu agar saya memperkatakan yang benar, yang seturut
kehendak-Mu. Tidak menimbulkan wacana atau polemik yang hanya sekedar untuk
mempengaruhi sesama.